Cerita ini terinspirasi dari kisah nyata kehidupan seorang wanita yang telah tiada yang penuh kebaikan dan ketulusan serta pengabdian terhadap suaminya.
Laila adalah tetanggaku. Aku jarang berbincang dengannya. Pernah sekali saat pertama aku berbincang dengannya ketika ia pulang bekerja. Ia hanya menjawab sekenanya dengan nada kelembutan dan keramahan.
"Baru pulang kerja ya mbak?" tanyaku
"Iya mbak, mari mampir" jawab Laila dengan seuntai senyum yang manis.
"Iya mbak, mari mampir" jawab Laila dengan seuntai senyum yang manis.
Menurut tetangga, Laila adalah sosok wanita dewasa yang cantik dan ramah. Namun, ia terkesan tertutup karena jarang menceritakan perihal hidupnya. Hingga sampai sekarang kami (aku dan para tetangga) hanya mengetahui Laila sebatas pendatang yang sedang bekerja di ibu kota.
Tersebutlah, Ramdan, seorang pelaut asal daerah yang tinggal di lingkungan kami. Ramdan merupakan sosok pria yang gagah dan cukup tampan. Ia adalah seorang bujangan. Yang aku dan tetangga ketahui adalah Ramdan menyukai Laila. Hal ini aku ketahui karena Ramdan sendiri kerap menanyakan perihal Laila kepada aku dan tetangga terdekat Laila.
"Bu Dewi, itu siapa ya namanya?" tanya Ramdan sambil menunjuk ke arah Laila yang sedang menunggu angkutan.
"Ooh itu Laila mas namanya, dia juga pendatang, tapi gatau dari mana asal dan keluarganya soalnya dia jarang cerita" jawabku.
”Maaf bu, apa Laila sudah punya pacar?" tanyanya lagi.
"Dia kayanya belum punya pacar mas, soalnya saya jarang liat dia sama laki-laki" jawabku. Sepintas terlihat guratan lega di wajah Ramdan.
Entah bagaimana ceritanya, enam bulan semenjak percakapan itu datanglah undangan pernikahan. Ternyata itu adalah pernikahan dari Ramdan dan Laila. “Ternyata mereka berjodoh” ucapku dalam hati.
Tersebutlah, Ramdan, seorang pelaut asal daerah yang tinggal di lingkungan kami. Ramdan merupakan sosok pria yang gagah dan cukup tampan. Ia adalah seorang bujangan. Yang aku dan tetangga ketahui adalah Ramdan menyukai Laila. Hal ini aku ketahui karena Ramdan sendiri kerap menanyakan perihal Laila kepada aku dan tetangga terdekat Laila.
"Bu Dewi, itu siapa ya namanya?" tanya Ramdan sambil menunjuk ke arah Laila yang sedang menunggu angkutan.
"Ooh itu Laila mas namanya, dia juga pendatang, tapi gatau dari mana asal dan keluarganya soalnya dia jarang cerita" jawabku.
”Maaf bu, apa Laila sudah punya pacar?" tanyanya lagi.
"Dia kayanya belum punya pacar mas, soalnya saya jarang liat dia sama laki-laki" jawabku. Sepintas terlihat guratan lega di wajah Ramdan.
Entah bagaimana ceritanya, enam bulan semenjak percakapan itu datanglah undangan pernikahan. Ternyata itu adalah pernikahan dari Ramdan dan Laila. “Ternyata mereka berjodoh” ucapku dalam hati.
Sorenya, Laila lewat di depan rumah ku saat aku sedang menyapu. Sontak aku menegur dan mengucapkan selamat atas pernikahannya yang akan berlangsung. "Wah Laila selamat ya sebentar lagi kamu menikah dengan Ramdan!" kataku sambil tersenyum
"Alhamdulillah mbak Dewi, semoga ia bisa menjadi imam yang baik bagi saya" jawab Laila dengan penuh kerendahan hati.
"Alhamdulillah mbak Dewi, semoga ia bisa menjadi imam yang baik bagi saya" jawab Laila dengan penuh kerendahan hati.
Pernikahan pun berlangsung. Masih jelas dalam ingatan bagaimana cantiknya Laila dalam busana pengantin. Posturnya yang mungil nan ramping, kulitnya yang mulus dan putih bersih menambah keanggunan Laila. Sepintas Laila mirip dengan penyanyi Yuni Shara.
Selang beberapa hari, Laila sudah jarang terlihat bekerja. Ketika ditanya olehku perihal kegiatannya bekerja, ia menjawab "kata Mas Ramdan, biar saja ia yang bekerja. Saya fokus saja di rumah menjadi ibu rumah tangga" timpal Laila. Sejenak aku berpikir bahwa Laila adalah tipikal istri yang penurut.
Selang beberapa hari, Laila sudah jarang terlihat bekerja. Ketika ditanya olehku perihal kegiatannya bekerja, ia menjawab "kata Mas Ramdan, biar saja ia yang bekerja. Saya fokus saja di rumah menjadi ibu rumah tangga" timpal Laila. Sejenak aku berpikir bahwa Laila adalah tipikal istri yang penurut.
***
Tahun demi tahun berlalu. Benar adanya pepatah yang mengatakan tak ada gading yang tak retak. Pun perihal kehidupan rumah tangga Laila. Santer terdengar ada kabar miring tentang kehidupan rumah tangganya. Ketika sore hari, para ibu sedang berkumpul di warung, aku pun juga ada. Bu Ratna memulai perbincangan dan tentu saja hal yang dibicarakan adalah perihal rumah tangga Laila.
Tahun demi tahun berlalu. Benar adanya pepatah yang mengatakan tak ada gading yang tak retak. Pun perihal kehidupan rumah tangga Laila. Santer terdengar ada kabar miring tentang kehidupan rumah tangganya. Ketika sore hari, para ibu sedang berkumpul di warung, aku pun juga ada. Bu Ratna memulai perbincangan dan tentu saja hal yang dibicarakan adalah perihal rumah tangga Laila.
"Bu, kayanya si Ramdan itu selingkuh ya? Soalnya saya pernah liat malem-malem dia bawa pulang perempuan, trus masuk ke rumahnya. Pulangnya itu dua hari kemudian, kadang sampe seminggu lebih." ucap Bu Ratna
"Kayanya iya sih bu. Perempuan itu rambutnya panjang dan tubuhnya tinggi. Lumayan cantik lah. Soalnya suami saya pernah lihat juga" timpal Bu Lita.
Aku yang mendengar hanya diam saja. Bukannya aku tak tahu kabar itu. Kabar itu memang telah sampai di telingaku. Apalagi aku masih tetangga Laila yang rumahnya berdekatan dengannya. Namun, aku tak mau ikut campur dalam perbincangan itu. Karena jujur saja, aku belum pernah melihat wanita yang para ibu ini bicarakan.
Dua hari pasca perbincangan itu, aku mulai melihat kebenaran akan kabar miring tersebut. Ketika aku hendak mengunci pagar rumah ku di malam hari sekitar pukul 11 malam, tak sengaja mataku melihat Ramdan turun dari mobilnya bersama perempuan dengan ciri-ciri yang persis disebutkan oleh Bu Lita.
"Ayo sayang kita masuk!" terdengar suara Ramdan memulai percakapan sambil merangkul pinggang wanita tersebut.
Saat itu juga hatiku bertanya "mungkinkah itu kerabat Ramdan? Tetapi mengapa mesra sekali".
Ah! Terlalu banyak spekulasi diriku akan pemandangan yang baru ku lihat.
Sepintas ku lihat ke arah mereka. Aku cukup terkejut saat melihat Laila keluar untuk membukakan pintu dan mengunci pagar. Saat itu juga aku tak menyia-nyiakan kesempatan untuk bertanya pada Laila.
Sepintas ku lihat ke arah mereka. Aku cukup terkejut saat melihat Laila keluar untuk membukakan pintu dan mengunci pagar. Saat itu juga aku tak menyia-nyiakan kesempatan untuk bertanya pada Laila.
"La, ada tamu ya?" tanyaku dengan nada pelan.
"Iya bu, saya duluan ya" jawab Laila seadanya dan sesegera mungkin ia masuk dan menghilang dari pandanganku. Malam itu pikiranku berkecamuk menerka siapa wanita itu. Dan kenapa Laila bersikap biasa saja. Memang itu bukan urusanku. Tapi sepertinya ada yang tak beres.
Seiring dengan rutinitasku, pertanyaan itu menghilang begitu saja dalam pikiranku. Namun, layaknya putaran bola salju yang semakin lama semakin membesaar, buah bibir justru semakin ramai membicarakan Laila.
"Iya bu, saya duluan ya" jawab Laila seadanya dan sesegera mungkin ia masuk dan menghilang dari pandanganku. Malam itu pikiranku berkecamuk menerka siapa wanita itu. Dan kenapa Laila bersikap biasa saja. Memang itu bukan urusanku. Tapi sepertinya ada yang tak beres.
Seiring dengan rutinitasku, pertanyaan itu menghilang begitu saja dalam pikiranku. Namun, layaknya putaran bola salju yang semakin lama semakin membesaar, buah bibir justru semakin ramai membicarakan Laila.
***
Terkadang aku melihat wanita itu keluar masuk rumah Laila dan Ramdan dengan leluasanya. Memang benar kata Bu Ratna, keberadaan wanita itu melebihi satu hari di kediaman Laila dan Ramdan. Tetapi sikap Laila terlihat biasa saja. Ia tak pernah menceritakan apapun pasal wanita itu dan suaminya. Kami pun masih enggan bertanya langsung kepada Laila.
Gosip pun beredar luas. Entah apa sudah sampai di telinga Laila.
"Kayanya itu wanita selingkuhan si Ramdan deh bu!" seru Bu Lita.
"Saya sih curiga. Bu Dewi sering kan liat wanita itu? kan Bu Dewi tetangga depan rumahnya" tanya Bu Ratna.
Aku pun hanya menjawab "iya sih bu, saya sering liat wanita itu menginap di rumah mereka. Tapi sampai sekarang saya belum tau status wanita itu. Di samping saya belum tau kebenarannya dari Laila ataupun Ramdan, saya masih enggan menanyakannya"
Hari demi hari kelakuan Ramdan dan wanita itu semakin menarik kesimpulan bahwa mereka memang memiliki hubungan lebih. Bahkan sudah membentuk opini umum bahwa Ramdan berselingkuh. Hal ini bukannya tanpa alasan. Kemesraan sering mereka umbar di depan rumah mereka. Aku dan tetangga lainnya tidak bisa berbuat apa-apa karena sikap Laila pun menyiratkan seakan tidak terjadi apa-apa.
Pernah Bu Lita bertanya langsung kepada Laila "maaf ya La, kamu kalau ada masalah rumah tangga cerita aja, anggap aja ibu ini sodara kamu"
"Enggak apa-apa kok bu, bukan apa-apa, makasih udah nawarin tempat curhat, tapi bukan apa-apa kok bu" hanya itu yang keluar dari mulut Laila.
Sampai akhirnya para tetangga hanya bisa membicarakan dari belakang perihal rumah tangga Laila. Intinya, kami mengetahui Ramdan berselingkuh, tetapi kami menghormati Laila yang tak pernah cerita kepada kami, para tetangganya.
Terkadang aku bertanya, apakah yang menyebabkan rumah tangga Laila menjadi seperti itu? Apakah karena kehadiran anak yang tak kunjung hadir di pernikahan mereka, atau sebab lain? Ah, entahlah, Laila sendiri tipikal wanita yang mendekati sempurna menurutku.
"Enggak apa-apa kok bu, bukan apa-apa, makasih udah nawarin tempat curhat, tapi bukan apa-apa kok bu" hanya itu yang keluar dari mulut Laila.
Sampai akhirnya para tetangga hanya bisa membicarakan dari belakang perihal rumah tangga Laila. Intinya, kami mengetahui Ramdan berselingkuh, tetapi kami menghormati Laila yang tak pernah cerita kepada kami, para tetangganya.
Terkadang aku bertanya, apakah yang menyebabkan rumah tangga Laila menjadi seperti itu? Apakah karena kehadiran anak yang tak kunjung hadir di pernikahan mereka, atau sebab lain? Ah, entahlah, Laila sendiri tipikal wanita yang mendekati sempurna menurutku.
***
Hari itu 28 Oktober 2010, lingkungan kami mendapat kabar duka. Laila meninggal. Ya, Laila meninggal. Ia meninggal begitu saja tanpa kami tahu penyebabnya karena yang kami tahu ia dalam keadaan fisik yang sehat. Yang mengherankan adalah seminggu sebelum ia wafat, ia pernah berpesan kepada kami,para tetangganya, saat sedang berkumpul di arisan
"Ibu-ibu saya mohon maaf kalau ada kesalahan ya. Saya mohon tolong ibu-ibu perhatikan suami saya" ucap Laila
Saat itu kami kebingungan. Dengan polosnya Ibu Lita bertanya " Lho, kok begitu La? emang kenapa sama suamimu? Kenapa mesti diperhatikan?"
"Ga apa-apa bu, saya cuma minta tolong perhatiin aja" jawab Laila seadanya.
Saat itu kami kebingungan. Dengan polosnya Ibu Lita bertanya " Lho, kok begitu La? emang kenapa sama suamimu? Kenapa mesti diperhatikan?"
"Ga apa-apa bu, saya cuma minta tolong perhatiin aja" jawab Laila seadanya.
Yah, itulah Laila, wanita cantik yang penuh misteri. Ia jarang membuka diri.
Ketika Laila meninggal, suaminya sedang tak ada di rumah. Keadaan Laila diketahui oleh Pak Rahman yang biasa meminta uang ronda bulanan. Saat itu ia heran mengapa tak ada jawaban dari Laila ketika ia mengetuk pintu dan memberi salam. Pintu pun tak terkunci. Akhirnya ia masuk dan mendapati Laila meninggal di ruang tamu dalam posisi duduk di sofa.
Laila pun dikubur menjelang Ashar. Karena aku dan para tetangga menghormati dan mengetahui Laila semenjak ia pindah ke lingkungan ini, kami bersepakat menggelar acara tahlilan untuk Laila. Namun, kematian Laila masih menjadi pertanyaan besar bagi kami. Mengapa Laila yang tampak sehat-sehat saja meninggal dengan mendadak? Memang ajal sudah diatur oleh Tuhan. Tapi apakah ada penyebab lain?
Selang tiga hari kematian Laila, rumor terbaru pun beredar.
"Kayanya Laila meninggal tekanan batin deh karena suaminya selingkuh. Kata tukang cucinya almarhumah, perempuan yang sering datang itu sering tidur di kamar sebelah almarhumah, trus Pak Ramdan suka tidur di kamar yang ada perempuan itunya" ungkap Bu Ratna
"Kasian ya Laila, dia sama sekali ga pernah cerita derita dia ke kita. Keluarganya pun ga ada. Kalo kita tanya juga dia cuma bilang "bukan apapa kok bu" terus sambil senyum" timpal Bu Lita
"Inget ga bu waktu arisan yang lalu almarhumah sempet minta maaf dan minta tolong ke warga sini buat jagain suaminya?" tanya Bu Ratna
"Oh iya inget. Ya Allah kasihan sekali kamu Laila. Pantesan dia pesan seperti itu mungkin sudah pertanda dia akan meninggal. Pesan dia tentang jagain suaminya itu mungkin sebagai sinyal bahwa dia tahu suaminya selingkuh tapi ia gabisa bilang ke siapa pun, karena menutupi aib suaminya.” tambah Bu Lita.
Hatiku miris sekali mendengar percakapan itu. Jika memang Laila meninggal karena tekanan batin, sungguh mulia dirinya karena tak pernah menceritakan keburukan suaminya. Ia terlalu menjaga martabat suaminya hingga ia mengorbankan dirinya sendiri. Ia menyimpan semua kepiluan hatinya seorang diri. Mungkin Tuhan begitu menyayangi Laila. Ya, Laila. Wanita yang cantik, penuh kelembutan dan baik itu telah tiada untuk selama-lamanya.
Aku hanya bisa berdoa
semoga Tuhan menempatkan Laila di sisi-Nya dengan tenang karena menutupi aib suaminya dan menahan derita hidup sendirian. Mulianya Laila. Tragisnya Laila.
By:
Zsa Zsa Ryana
27 Juni 2014